Pura Tanah Lot

Pura Tanah Lot
Pura Tanah Lot Bali

Pura Tanah Lot terletak di desa Beraban, Tabanan, kurang lebih 45 menit perjalanan dari Kuta. Pura Tanah Lot ini terletak di Pantai Selatan Pulau Bali yaitu di wilayah kecamatan Kediri, Kabupaten Daerah Tingkat II Tabanan, yang pembangunannya erat kaitannya dengan perjalanan Danghyang Nirartha di Pulau Bali.

Di sini Danghyang Nirartha pernah menginap satu malam dalam perjalanannya menuju daerah Badung dan kemudian di tempat inilah oleh orang-orang yang pernah menghadap kepada Danghyang Nirartha dibangun bangunan suci (Pura atau Kahyangan) sebagai tempat memuliakan dan memuja Sanghyang Widhi Wasa (Tuhan Yang Maha Esa ) untuk memohon kemakmuran dan kesejahteraan.

Menurut legenda, pura Tanah Lot dibangun oleh seorang Brahmana suci yang bernama Danghyang Nirartha atau disebut juga Ida Pedanda Sakti Wawu Rauh atau Danghyang Dwijendra pada abad ke 16, Tidak antara lama Dangyang Nirartha beristirahat disana, maka berdatanganlah kesana para nelayan untuk menghadap kepada Danghyang Nirartha sambil membawa berbagai persembahan untuk diaturkan kepada beliau.

Kemudian setelah sore hari, para nelayan tersebut memohon kepada Danghyang Nirartha agar beliau berkenan bermalam di pondok mereka masing- masing, namun permohonannya ini semua ditolak oleh Danghyang Nirartha, karena beliau lebih senang bermalam di pulau kecil itu. Disamping hawanya segar, juga pemandangannya sangat indah dan dari sana belaiu dapat melepaskan pandangan secara bebas ke semua arah.

Pada malam harinya sebelum Danghyang Nirartha beristirahat, beliau memberikan ajaran-ajaran seperti agama, susila da ajaran kebajikan lainnya kepada orang-orang yang datang menghadap ke sana.

Tatkala itu Danghyang Nirartha menasehatkan kepada orang-orang itu untuk membangun Parhyangan (Pura atau Kahyangan) disana karena menurut getaran bhatin beliau yang suci serta petunjuk gaib bahwa tempat itu baik untuk tempat memuja Sanghyang Widhi Wasa (Tuhan Yang maha Esa). Dari tempat ini kemudian rakyat dapat memuja kebesaran sanghyang Widhi Wasa (Tuhan Yang Maha Esa) untuk memohon wara nugrahaNya keselamatan dan kesejahteraan dunia.

Demikian antara lain nasehat Danghyang Nirartha kepada orang-orang yang mengahadap pada malam hari itu, yang akhirnya sesudah Danghyang Nirartha meninggalkan tenpat itu, kemudian oleh orang-orang tersebut dibangunlah sebiuah bangunan suci ( Pura atau Kahyangan) yang diberi nama “Pura Pakendungan “ yang kini lebih dikenal dengan sebutan “Pura Tanah Lot “.

Beliau datang ke Bali untuk menyebarkan dan menguatkan ajaran agama Hindu. Danghyang Nirartha juga meninggalkan selendangnya yang menjadi sebuah ular penjaga pura Tanah Lot. Ular ini masih ada sampai sekarang dan dipercaya dapat memberikan keselamatan dan mengabulkan doa orang yang menyentuhnya. Selain pura Tanah Lot, ada beberapa pura Sad Kahyangan lain yang dibangun oleh Danghyang Nirartha selama pengembaraannya di Bali, misalnya Pura Petitenget, Pura Uluwatu dan lainnya. Dipercaya Danghyang Nirartha akhirnya “Moksa” (meninggal tanpa jasad) di Pura Uluwatu.

Selain terdapat ular yang hingga saat ini masih menjadi kepercayaan penduduk setempat, hal fenomenal lainnya adalah terdapat sumber air tawar di sisi utara Pura Tanah Lot padahal Pura ini terletak di atas pantai. Air suci ini disebut Tirta Pabersihan, banyak umat dan pengunjung yang menggunakan air ini untuk penyucian secara niskala.

Tanah Lot terkenal dengan pemandangannya yang indah, bila cuaca baik, kita dapat melihat matahari tenggelam (sunset) yang sangat indah, ketika sang Surya tenggelam di kaki cakrawala, sungguh pemandangan yang dapat membuat mata berhenti berkedip.

Di jalan menuju pantai Tanah Lot banyak dijumpai penunjang pariwisata seperti hotel, restaurant, art shop, dan lainnya. Waktu yang baik untuk berkunjung kesana adalah pukul 16:00, jadi kita dapat melihat-lihat pemandangan dengan tebing yang curam, pura Tanah Lot yang mengagumkan, dan pemandangan pantai sambil menunggu sunset. Pada bulan-bulan ini, sunset biasanya terjadi sekitar pukul 18:30.

Seperti pura lainnya, pura Tanah Lot juga memiliki odalan (hari raya) yang dirayakan setiap 210 hari sekali, yaitu setiap “Buda Cemeng Langkir”, berdekatan dengan hari raya Galungan dan Kuningan.

Pada saat odalan, seluruh umat Hindu dari segala penjuru Bali akan datang untuk bersembahyang, begitu juga wisatawan akan banyak yang datang untuk menyaksikan upacara dan keindahan Tanah Lot, akan tetapi wisatawan tidak diijinkan untuk memasuki bagian utama (“Utama Mandala”) pura Tanah Lot, kecuali yang masuk untuk bersembahyang. Hal ini dilakukan untuk tetap menjaga kesucian pura Tanah Lot.

Wisatawan domestik dan asing yang ingin memasuki areal pura dikenakan tiket masuk Rp 7.500 untuk Domestik dan Rp 10.000 untuk Wisatawan Asing. Wisatawan yang datang ke tempat ini juga bisa menyaksikan keindahan Matahari terbenamnya atau Sunset di sore harinya.

SEWA MOBIL MURAH DI BALI

Scroll to Top
Scroll to Top